Manajemen Tenaga dan Mesin Pertanian
Latar
Belakang
Pembangunan pertanian pada dasarnya merupakan salah satu
sistem pembangunan yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung keberhasilan
pembangunan nasional. Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk menumbuh
kembangkan usaha pertanian di pedesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi
pedesaan, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat menumbuhkan industri hulu, hilir dan penunjang dalam meningkatkan
daya saing dan nilai tambah suatu produk pertanian, memanfaatkan sumberdaya
pertanian secara optimal melalui pemanfaatan teknologi yang tepat (Maria,
2010).
Pengembangan tanaman pangan merupakan salah satu bagian
dari sektor pertanian yang mendapat perhatian serius dan terus dikembangkan
sampai saat ini. Tujuan pembangunan pangan adalah untuk mewujudkan kondisi
terpenuhinya kebutuhan pangan dengan gizi yang cukup bagi penduduk untuk
menjalani hidup yang sehat dan produktif. Bertambahnya jumlah penduduk dan
perubahan selera makan maka ketersediaan pangan harus ditingkatkan baik dalam
jumlah, kualitas maupun keragamannya.
Padi sawah dipilih oleh petani sebagai salah satu
komoditi yang diusahakan karena peranannya sebagai salah satu makanan pokok
yang makin hari terasa penting karena mengandung nilai gizi dan energi yang
cukup bagi tubuh manusia, dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta dapat
meningkatkan pendapatan petani.
Permintaan masyarakat akan produksi padi sawah di Jawa
Barat berupa beras terus meningkat. Hal tersebut tidak luput dari kebiasaan
sebagian masyarakat yang mengkonsumsi nasi dan tidak dapat digantikan oleh
bahan makanan lain. Demi memenuhi permintaan tersebut, maka dibutuhkan program
peningkatan produksi baik melalui pemanfaatan lahan sebaik-baiknya dengan
penggunaan teknologi secara tepat maupun melalui perluasan lahan untuk
mendapatkan produksi yang maksimal.
Produksi padi sawah di Jawa Barat mengalami fluktuasi,
pada tahun 2013 jumlah produksi gabah sebanyak 11.538.472 ton GKG, tahun 2014
jumlah produksi gabah sebanyak 11.085.544 Ton GKG, tahun 2015 produksi kembali
mengalami penurunan dengan produksi sebanyak 10.660.025 ton GKG (BPS, 2016).
Kabupaten Subang merupakan daerah yang berpotensi sebagai
salah satu penghasil tanaman pangan khususnya padi sawah. Dengan adanya
peningkatan produktivitas ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pendapatan keluarga petani padi sawah di Kabupaten Subang. Secara umum
peningkatan produksi suatu usahatani dapat merupakan indikator keberhasilan
dari usahatani yang bersangkutan, namun demikian tingginya produksi suatu
komoditas yang diperoleh per satuan luas lahan belum menjamin tingginya
pendapatan usahatani padi sawah yang dipengaruhi oleh harga yang diterima oleh
petani dan biayabiaya penggunaan input usahatani. Besarnya produksi belum
menjamin pula besarnya tingkat pendapatan.
Analisis
kelayakan digunakan untuk mengetahui apakah usahatani yang dilakukan oleh
petani layak atau tidak layak ataupun impas. Soekartawi (1995), Analisis R/C
yang dikenal dengan perbandingan antara total penerimaan dan total biaya.
Tabel 1. Analisis Pendapatan
Usahatani Padi Sawah Kabupaten Subang, 2015
No
|
Uraian
|
Nilai Aktual
(Rp/0,96 Ha)
|
Nilai Konversi
(Rp/1,00 Ha)
|
1
|
Penerimaan
Usahatani
·
Rata-Rata Produksi (Kg/Ha)
·
Harga Jual GKG (Rp/Kg)
|
2.952
3.000
8.855.000
|
3.080
3.000
9.240.000
|
2
|
Biaya Produksi
(Rp/Ha)
1.
Total Biaya Tetap
·
Pajak Lahan
·
Penyusutan Alat
2.
Total Biaya Variabel
·
Tenaga
Kerja
·
Benih
·
Pupuk
·
Pestisida
|
267.944
14.300
253.644
3.101.027
1.917.200
78.200
743.060
362.567
|
279.594
14.922
264.672
3.235.854
2.000.557
81.600
775.367
378.330
|
|
Rata-rata
Biaya Total
Rata-rata
Pendapatan (1-2)
|
3.368.971
5.486.027
|
3.515.448
5.724.552
|
Tabel
1 menunjukan bahwa rata-rata luas lahan 0,96 Ha, rata-rata produksi 2.952
Kg/0,96 Ha atau setara dengan konversi 3.080 Kg/Ha dan harga jual Rp 3.000/Kg
GKG, jadi rata-rata penerimaan petani sebesar Rp 8.855.000/0,96 Ha atau setara
dengan konversi Rp 9.240.000/Ha. Sedangkan ratarata biaya tetap sebesar Rp
267.944/0,96 Ha atau setara dengan konversi Rp 279.594/Ha dan total biaya
variabel Rp 3.101.027/0,96 Ha atau setara dengan konversi Rp 3.235.854/Ha. Jadi
rata-rata total biaya produksi sebesar Rp 3.368.971/0,96 Ha atau setara dengan
konversi Rp 3.515.448/Ha. Setelah dilakukan pengurangan antara rata-rata total
biaya dan rata-rata penerimaan, diketahui bahwa ratarata pendapatan yang di
peroleh petani padi sawah di Kabupaten Subang sebesar Rp 5.486.027/0,96 Ha atau
setara dengan konversi Rp 5.724.552/Ha.
Analisis
Kelayakan Usahatani Padi Sawah.
Hasil penelitian yang telah
dilakukan diperoleh tingkat kelayakan usahatani padi sawah di Desa karawana
sebagai berikut :
a = Tr /Tc
= R/C
= 9.240.000 / 3.515.448
= 2,63
Hasil analisis
menunjukan bahwa usahatani padi sawah di Kabupaten Subang layak diusahakan, hal
ini dibuktikan dengan nilai R/C yang diperoleh sebesar 2,63 artinya setiap
pengeluaran Rp 3.515.448 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 9.240.000.
Comments
Post a Comment